4. Raden Dewi Sartika (1884-1946)
Raden Dewi Sartika membawa cahaya pendidikan bagi kaumnya. Hidupnya dihabiskan untuk mengabdikan diri dalam dunia pendidikan, teruma bagi perempuan.

Lahir di Cicalengka, Jawa Barat, 4 Desember 1884. Bakat sebagai seorang pendidik muncul sejak dirinya masih belia. Bila ada waktu senggang, dia menyempatkan diri untuk mengajari baca-tulis anak-anak pembantu di lingkungan kepatihan.
Sartikan ingin perempuan-perempuan pribumi mandiri dan terampil tanpa bergantung supaya bisa menjadi tiang keluarga yang kokoh.
Dia lalu mendirikan sekolah khusus bagi kaum perempuan yang diberi nama Sekolah Istri pada 1904. Saat didirikan, sekolah itu baru berisi dua kelas dengan jumlah murid pertamanya sekitar 20 orang. Di sana para murid perempuan diajari baca-tulis, berhitung, menjahit, merenda, menyulam, dan pelajaran agama.
Dia harus membanting tulang sendiri untuk menghidupi sekolahnya. Karena sang ayah, Raden Somanegara, dibuang ke Ternate setelah melawan Pemerintah Belanda. Namun dia tak patah arang.
Dewi lalu menikah dengan Kanduruan Agah Suriawinata pada 1906. Suaminya adalah sosok yang memiliki visi-misi yang sama dalam memperjuangkan pendidikan. Pada 1910, nama Sekolah Istri berganti nama menjadi Sekolah Kautamaan Isteri. Seiring waktu, banyak yang mendirikan cabang sekolah itu.
Atas jasa-jasanya, Dewi Sartika dinyatakan sebagai pahlawan nasional lewat SK Nomor 252 Tahun 1966.